Seorang pengguna bisa menyebarkan berkas dari komputer lokalnya cukup dengan menyebarkan alamat sumber unduhan dengan membuat berkas bernama toren (torrent).
Pengguna lain bisa mengunduh berkas alamat tadi (torrent), lalu dengan utilitas—misalnya uTorrent—membaca berkas alamat tadi, dan dengan demikian bisa mengunduh berkas di komputer pengguna pertama tadi.
Pengunduh-pengunduh lain akan berdatangan, dan di sinilah teknologi toren menunjukkan keampuhannya. Saat berkas tadi sudah menyebar ke sekian komputer para pengunduh, maka setiap pengunduh pun bisa mengambil peranan sebagai sumber unduhan bagi sesama pengunduh.
Akibatnya, makin banyak pengunduh, makin besar kecepatan yang bisa dinikmati tiap pengunduh. Ini berbanding terbalik dengan unduhan cara lama, yakni unduhan langsung (direct download), di mana makin banyak pengunduh, makin lambat kecepatan yang didapatkan.
Itu terjadi karena penyedia berkas pada cara lama tetap 1, yakni situs penyimpan berkas. Sementara pada teknologi P2P/peer-to-peer seperti BitTorrent, masuknya pengunduh baru otomatis ikut menambah jumlah penyedia berkas.
SyncNet adalah "uTorrent-nya" Peramban/Browser
Prinsip desentralisasi penyedia berkas di atas kini hendak diterapkan peramban bernama SyncNet. Namun alih-alih untuk mengunduh berkas, ia digunakan untuk meramban gatra/content.Penerapan prinsip tadi membuka peluang bagi penyebaran gatra tanpa takut sensor karena gatra suatu situs otomatis akan tersebar ke banyak peramban hingga tak perlu harus dibaca langsung dari situs asli.
Selain itu, bilamana situs asli sedang down (dalam perawatan misalnya), maka gatra akan tetap tersedia di Internet, selama masih ada peramban yang aktif dan pernah meramban ke situs itu.
Lebih heboh lagi, bila teknologi ini berhasil diterapkan secara luas, maka akan membuat tiap pengguna komputer lebih mudah lagi untuk mempublikasikan gatranya di komputer lokal tanpa perlu menyewa ruang di situs sewa (webhosting).
Saat ini, SyncNet masih dalam tahap pengembangan. Bahkan belum ada aplikasi percobaan yang bisa diunduh. Pengguna harus melakukan kompilasi (compile) sendiri dari program aslinya (source code) untuk mencoba aplikasi ini.
Kelemahan SyncNet saat ini seperti dinyatakan pengembangnya:
1. Lambat, karena harus mengunduh dulu gatra yang diramban sebelum bisa menayangkannya pada layar,
2. Belum bisa menangani gatra dinamis, misalnya gatra dinamis berbasis skrip, apakah Javascript, PHP, hingga Flash.
Ke depan, pengembangnya berharap bisa mengatasi masalah-masalah di atas, bahkan membuka kemungkinan penerapan SyncNet sebagai sekadar plugin/addon untuk Firefox atau Google Chrome.
Bagi pengguna di negara yang sering menyensor gatra, misalnya di Cina, maka kehadiran teknologi ini tentu akan membawa harapan keterbukaan informasi yang lebih cerah.[]