Rabu, 31 Desember 2014

Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah

Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah
Bagi Anda yang pernah mengalami menjadi mahasiswa dan diharuskan menulis tugas akhir/thesis, maka mungkin pernah merasakan manfaat dari ulasan-mitra (peer review) yang disimulasikan dilakukan oleh satu atau beberapa dosen pembimbing.
   Kita harus memilih topik yang belum dibuat "peneliti" atau mahasiswa lain. Kalaupun topiknya sama, maka studi kasusnya harus berbeda. Demikian dan seterusnya.

   Mekanisme ulasan-mitra ini sangat bermanfaat dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Namun dalam prakteknya, seringkali terhambat oleh budaya semacam "ewuh-pakewuh" yang juga menjangkiti lingkaran ilmuwan Barat.
   Suatu proposal penelitian yang diajukan peneliti senior dan masyhur akan lebih sulit untuk dikritik oleh, katakanlah, sarjana yang baru lulus—meski isi kritik mungkin absah dan masuk akal.
   Inilah gejala penghambat kemajuan yang hendak dipungkas oleh sekelompok ilmuwan yang berinisiatif mendirikan komunitas ulasan-mitra online dan bersifat anonim bernama PubPeer.

   Komunitas ini tidak sembarangan. Ada sekian banyak proposal penelitian atau karya ilmiah yang akhirnya dimentahkan berkat ulasan yang sangat objektif dan anonim. Ini menghemat biaya penelitian terhambur-hamburkan untuk penelitian yang salah arah atau berpremis salah.
Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah
   Keanggotaan komunitas ini juga sangat eksklusif, yakni hanya mereka-mereka yang pernah mempublikasikan penelitiannya pada jurnal ilmiah. Alhasil, ulasan-mitranya benar-benar tanpa tedeng aling-aling, alias blak-blakan, tapi tetap dalam nuansa kepala dingin budaya akademis.

   Namun ada saja ancaman bagi kebebasan ilmiah ini dengan alasan misalnya penistaan nama baik, karena proposal penelitiannya dikritik ("dihina") dalam komunitas ini. Ini misalnya terjadi pada ilmuwan kanker ternama yang merasa makalah penelitiannya dikritik di PubPeer.
   Ia menganggap kritik atau ulasan-mitra yang dilakukan di komunitas PubPeer sebagai penistaan (defamation) dan karena kedudukan serta kekuatan dana yang ia miliki berniat menuntut PubPeer lewat pengadilan untuk membuka semua identitas pengkritiknya itu.
  Untunglah amandemen pertama—yakni jaminan kebebasan berpendapat—konstitusi AS berada di pihak PubPeer.
 
   Hal yang menarik dari PubPeer adalah bagaimana mekanisme komunitas lepas lokan/open source, yang biasanya digunakan untuk membangun suatu proyek peranti lunak, kini sudah meluas penggunaannya ke kalangan ilmiah.
   Ini perkembangan menarik yang bukan tak mungkin akan meluas ke bidang-bidang lain. Meski produk digital yang berupa ekspresi pribadi, seperti misalnya puisi, lagu, atau dokumen kesaksian pengadilan; tetap tak akan cocok untuk mekanisme ala komunitas lokan; tapi masih banyak bidang yang sebenarnya bagus bila mau memanfaatkan mekanisme ini.[]

NB. Kami pernah mengulas rinci mekanisme komunitas lepas lokan/open source ini untuk penerapan di lingkungan bisnis/organisasi dalam buku Belajar Manajemen dari Perusahaan Peranti Lunak Nirlisensi (2006, Ekuator/Mizan, Jakarta). Buku ini sudah habis dari peredaran dan mungkin harus dipesan dari penerbitnya langsung.

Sumber: Scientific Peer Review Is Broken. We’re Fighting to Fix It With Anonymity by THE FOUNDERS OF PUBPEER, wired.com, 12.10.14.

Written by

LepasLokan.org—melalui majalah lepas Open Your Windows, Indonesia! —mempromosikan penggunaan aplikasi bebas biaya/gratis—baik dari sumber lepas lokan ( open source ) maupun gratis ( freeware )—yang berbasiskan sistem operasi Windows, juga artikel teknologi di sekitar Windows XP/Vista/7/8, gawai ( gadget ), dan Internet pada umumnya.

 

© 2011-2014 Open Your Windows! | All rights reserved | Designed by Templateism | Open Your Windows, Indonesia! RSS Feeds