Jumat, 02 Januari 2015

Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia

Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
Insiden peretasan Sony dan prasangka yang ternyata kemudian tak terbukti akan keterlibatan Korea Utara seharusnya meninggalkan kesan mendalam bagi "negara-negara lemah" lain, alias negara-negara berkembang atau yang sering disebut sebagai dunia ketiga (meski dengan tiadanya dunia kedua/komunis istilah ini sudah usang).
   Saat gembar-gembor penyerangan jaringan Sony oleh Korea Utara, semua pihak curiga itu ada kaitannya dengan filem The Interview yang akan dirilis Sony saat Natal.
Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
   Filem itu menggambarkan 2 jurnalis blog yang diundang salah satu penggemar blognya, yang kebetulan adalah pemimpin Korea Utara/Korut. Dinas rahasia AS kemudian memanfaatkan undangan itu untuk merancang pembunuhan pemimpin Korut lewat kedua blogger itu. Penggambaran adegan pembunuhan itu memang kuat diwarnai aroma menghina pemimpin negara berdaulat lain, yakni Korea Utara.
Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
   Semua pihak mencurigai Korut di balik serangan itu meski ada suara berkepala dingin yang masih meragukan asal serangan itu,
FBI merilis pernyataan pada hari Jumat [12 Des 2014] mengatakan bahwa warga Korea Utara jelas yang bertanggung jawab atas peretasan Sony, sebab badan itu "kini telah memiliki cukup informasi" untuk menyatakan itu. ... Tindakan Korea Utara itu berniat untuk "menekan hak warga Amerika untuk mengungkapkan dirinya," demikian dicatat pernyataan itu. "Tindak intimidasi seperti itu jatuh di luar batas perilaku yang bisa diterima." ... Mark Rogers, yang menjadi bagian juri/dewan yang menentukan siapa yang boleh menyajikan makalah di DEF CON, konferensi retas kelas satu, menyebut bukti FBI "lemah" dan "paling banter, spekulasi." (Anna Mulrine, "Was North Korea behind the Sony hack? Not all experts agree", CSMonitor.com; Dec. 22, 2014).
   Tak lama sesudah berita di atas, keluar bantahan tegas bahwa Korut bukan biang di balik serangan itu ("No, North Korea Didn’t Hack Sony", TheDailyBeast.com, 12.24.14).
   Namun meski sudah dibantah oleh sumber yang terpercaya, berdasarkan prasangka dan bukti lemah FBI, pemerintah AS secara diam-diam melakukan serangan retas balasan yang melabilkan infrastruktur Internet Korut sejak Jumat (19 Des) hingga melumpuhkannya total pada Senin (22 Des 2014).
   Serangan balik itu dilakukan hanya sekian hari setelah Presiden Obama bersumpah bahwa AS akan melancarkan "respon proporsional" atas serangan terhadap jaringan Sony di AS (Nicole Perlroth & David E. Sanger, "Attack Is Suspected as North Korean Internet Collapses", NYTimes.com, Dec 22, 2014).

   Hal yang menjadi menarik dari percekcokan antar-negara di atas adalah betapa AS—meski dengan presiden dari kalangan minoritas—masih gemar memelintir definisi kebebasan ekspresi asal selaras dengan selera politik mereka.
   Andai yang dihina dalam filem itu adalah presiden Israel misalnya, mungkin Obama akan menyatakan itu sebagai penistaan pribadi dan melanggar HAM. Artinya, bagi apapun dan siapapun yang berada di luar lingkaran aliansi AS—yang meliputi Eropa, Australia/Selandia Baru, Jepang, Israel, dan sebangsanya—HAM tidak berlaku.
   Dari sana kita bisa melihat bahwa "Korut" berikutnya bisa saja adalah Indonesia (Muslim sunni terbesar), Iran (Muslim syi'ah terbesar), RRC (komunis terbesar), Brazil (negara Amerika Selatan terbesar), India (negara Hindu terbesar), atau negara-negara lain yang dianggap "remeh" dan "budaya yang berbeda (dan karenanya 'salah')"—hingga boleh diperlakukan buruk dan hina bagai peran antagonis dalam filem-filem Hollywood.
Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
   Ini bukan berarti kita membenarkan tindakan Korut yang merepresi warganya, tapi kita harus sadar bahwa apa yang dialami Korut bisa menimpa negara ketiga manapun yang berselisih dengan negara-negara kuat seperti AS, Eropa, atau sekutu-sekutu negara majunya yang lain seperti Jepang, Australia, Selandia Baru, Singapura, atau Afrika Selatan (yang dianggap sebagai negara Afrika yang paling sejalan dengan pandangan hidup Yudeo-Kristiani yang mengakar kuat dalam alam bawah sadar AS dan sekutunya).
   Jadi, alih-alih ikut menertawakan Korut dan ramai-ramai ikut mengunduh filem The Interview—yang jelas meremehkan dan merendahkan sebuah "negara dari dunia ketiga"—kita semestinya sadar dengan posisi kita di mata negara-negara maju itu, yakni sama seperti "Korut". Mengunduh filem itu apalagi menontonnya, sama dengan menghina diri kita sendiri.

   Andaipun ada pengadilan singkat (pengadilan pelanggaran ketertiban/ringan dengan waktu cepat dan denda yang biasanya ringan semisal pengadilan tilang) di level PBB yang memungkinkan tiap negara mengajukan percekcokannya, maka AS sebagai negara yang merasa dirinya kuat secara militer akan tetap dengan seenaknya menghukum negara lain yang ia anggap harus dihukum.
   Bukan berdasarkan keadilan, tapi berdasarkan kekuatan. AS kuat, jadi ia bebas menghukum negara manapun yang ia mau. Meski berdasarkan bukti-bukti yang jelas-jelas akan diabaikan hakim di pengadilan PBB tadi (bila memang ada), apalagi di pengadilan dalam negeri AS sendiri!
   Suatu negara akan dihukum bukan karena ia salah, tetapi karena negara penghukum bisa melakukan itu, dan lebih suka menggunakan prinsip kekuatan dalam hubungan dengan negara yang lebih lemah—alih-alih prinsip keadilan. Ini resep manjur bagi pembalasan setimpal di masa depan, saat AS bukan lagi negara terkuat.
Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia
   Saat ditanya Guru Drona tentang bagaimana menghadapi negara yang lebih kuat dan negara yang lebih lemah, Yudhisthira menjawab, "Dengan negara kuat, kita jangan mengandalkan negosiasi, tapi harus siap melawan (kekuatan), karena negosiasi dengan negara kuat bisa berujung dengan penindasan bagi pihak kita. Namun dengan negara lemah, kita harus mengedepankan diplomasi (keadilan), karena itulah jalan menuju perdamaian yang langgeng."
   AS jelas lebih suka menjadi pemimpin dunia yang zalim daripada yang bijak, dan ini membuat dunia ketiga melihat bahwa perlawanan orang-orang kecil seperti di Palestina—bahkan mereka yang kini dicap "teroris" oleh AS dan sekutunya, mungkin ada benarnya.
   Selama kekuatan masih dimonopoli satu negara, maka tak ada yang bisa mencegahnya untuk bertindak zalim, selain dirinya sendiri. Belajar dari ahli strategi klasik Cina, Zhuge Liang, butuh 3 aliansi yang sama kuat untuk menyeimbangkan orde dunia, untuk mengembalikan lagi keadilan dalam relasi antar-negara.
   Mungkin keseimbangan itu kira-kira:
1. AS dan sekutunya,
2. RRC, dan mungkin
3. kekuatan ketiga dari dunia Islam—yang kemungkinan besar tidak dipimpin oleh Indonesia (supaya orang kita tidak ge-er).

   Kitab Suci mengajarkan bahwa nasib suatu bangsa tidak akan berubah hingga bangsa itu merubah apa yang ada dalam dirinya. Sejarah mengajarkan, perubahan selalu dimulai oleh segelintir kelompok cerdas dalam suatu masyarakat. Gerakan 1% orang ini mengubah 99% yang lain.
   Kelompok elit 1% ini biasanya kalangan dengan gagasan dan kompetensi yang di atas rata-rata masyarakatnya. Biasanya dari lingkaran cendekia masyarakat itu. Lingkaran ini tersusun dari orang-orang dengan kompetensi unggul di bidangnya masing-masing. Tiap mereka adalah individu yang cerdas di bidangnya, meski tak harus berhasil secara ekonomi.
   Dulu di Makkah segelintir orang ini terdiri dari Abu Bakar, Umar, Ali, dalam pimpinan seorang Nabi [saw]. Dulu di AS segelintir orang ini adalah Jefferson, Hamilton, Adams, dalam pimpinan Washington. Dulu di Cina mereka adalah Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei dalam bimbingan Zhuge Liang.
Insiden Korut dan Sony serta Pelajaran bagi Negara-Negara Berkembang, Termasuk Indonesia    Siapakah mereka itu kini di Indonesia? Di dunia Islam? Anda bisa menjadi salah satu dari mereka itu. Tempalah diri Anda menjadi ahli paling kompeten di bidang Anda. Jangan terlena dengan siklus kehidupan sekolah, bekerja, berumah tangga, dan pensiun. Jalanilah jalan dalam kehidupan yang jarang dilalui orang (road less-traveled), karena jalur itulah yang dilalui mereka-mereka itu.
   Ini terutama tugas bagi kalangan paling cerdas di negeri ini. Meretas jalan di jalur-jalur yang jarang atau belum dilalui orang-orang sebangsanya. Membuka jalur untuk Indonesia yang lebih bermartabat, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat nanti.
   Bukan sekadar mencari jalan agar bisa hidup enak. Kecerdasan lebih yang diamanahkan kepada Anda membawa tanggung jawab besar pula yang harus Anda pertanggungjawabkan di Mahkamah Ilahi nanti.

   Wahai Allah [Swt] keluarkanlah kami dari tahun lalu dengan benar, dan masukkanlah kami ke tahun baru ini dengan benar. Keluarkanlah kami dari era jahiliah baru ini dengan benar, dan masukkanlah kami ke era pencerahan baru dengan benar, amin!
   Selamat tahun baru![]

OpenBay: Budaya Bebas (Free Culture) atau Parasit?

OpenBay: Budaya Bebas (Free Culture) atau Parasit?
Ada perdebatan yang sulit di Internet perihal hak cipta—termasuk hak intelektual dan paten. Bagi pengusung Budaya Bebas/Free Culture, hak cipta adalah monopoli ekspresi/gagasan yang menghambat kebebasan dan kemajuan.
   Bagi pihak yang anti-pembajakan, hak cipta adalah bagian esensial bagi model inovasi yang mendorong inovator untuk terus berkarya. Argumen mereka membandingkan antara,
...honoraria yang diterima Beethoven yang hidup di wilayah tanpa perlindungan hak cipta dan Robert Schumann yang diuntungkan oleh hak cipta universal Eropa ...menunjukkan betapa hak cipta mengubah drastis peruntungan penggubah musik... ("Anti-copyright," Wikipedia)
dan dengan demikian mendorong insan kreatif untuk terus berkarya.

   Model yang mengompromikan antara kedua pihak sudah dicoba Apple dengan iTunes, di mana pengguna bisa mengunduh musik dengan harga yang terbilang "recehan"—untuk ukuran AS. Namun model bisnis ini ternyata tak bisa menghentikan laju pembajakan produk-produk digital.
   Salah satu yang paling ganas adalah pembajakan filem di AS. Meski telah tersedia layanan murah seperti Netflix, hulu, atau sejenisnya; tapi pembajakan filem terus berlangsung. Lihat misalnya artikel Top 20 Most Pirated Movies of 2014 Led by ‘Wolf of Wall Street,’ ‘Frozen,’ ‘Gravity’ yang dilansir Variety.com.
OpenBay: Budaya Bebas (Free Culture) atau Parasit?
   Ukuran pembajakan filem yang dialami industri filem AS ditaksir sekitar USD20 milyar per tahun (Guardian, May 2014). Sementara industri peranti lunak AS sekitar USD60 milyar per tahun (BSA, IDC dan Ipsos Public Affairs, 2011). Industri musik AS belum ada penaksiran yang bisa diterima.

   Kejadian besar baru-baru ini adalah dibredelnya PirateBay oleh pihak berwenang di Swedia. Namun dengan bandelnya justru kini jaringan ini bisa diklon dengan mudah oleh siapapun dengan menginstal aplikasi berikut data terakhirnya dari OpenBay (lihat pengumumannya di IsoHunt yang juga menyediakan mesin pencari untuk situs lama itu, OldPirateBay search),
OpenBay: Budaya Bebas (Free Culture) atau Parasit?
   Artinya, perlu rumusan model bisnis baru yang bisa mewadahi aspek kreatif dan profit dari produk-produk digital.
   Saat ini ada 3 argumen utama mengenai mengapa hak cipta harus ada ("Anti-copyright," Wikipedia):
1. Argumen natural/keadilan dari Locke yang menyatakan bahwa tiap orang memiliki hak alamiah atas kerja dan/atau produk/karya yang dihasilkan tubuhnya. Merampas karya itu dipandang sebagai kezaliman.
2. Argumen utilitarian/pragmatis atau manfaat, yakni masyarakat yang melindungi hak milik pribadi biasanya lebih efektif dan lebih sejahtera daripada yang tidak.
3. Argumen personalitas, yang dikutip dari Hegel bahwa gagasan adalah "perpanjangan dari diri dan kepribadian seseorang", sehingga adalah bagian dan milik seseorang.
   Namun kenyataan di Internet menunjukkan bahwa perlu argumen baru, yang akan melahirkan model bisnis baru, yang dapat menjadi kompromi baru bagi semua pihak—meski tak harus menyenangkan semua pihak.[]

KINIAN 2 Jan 2014: Situs asli PirateBay.se nampaknya akan dihidupkan lagi, atau setidaknya akan mengabarkan pengumuman penting pada 1 Februari 2014.
   Ada hitung-mundur ke tanggal 1 Feb kini terpampang di situs asli ini,
OpenBay: Budaya Bebas (Free Culture) atau Parasit?
   Kita tunggu saja geliat baru dari eksponen budaya bebas/merdeka yang berpengaruh ini.[]

Kamis, 01 Januari 2015

Mengaktifkan Fitur Simpan Berkas Berformat MHTML pada Google Chrome

Internet Explorer sejak lama sudah bisa menyimpan halaman dari Web dalam format satu berkas—yakni tanpa membuat folder tambahan untuk menyimpan gambar dll. Format ini dikenal sebagai MHTML.
   Firefox sudah sejak lama memiliki ekstensi MAF (Mozilla Archive Format), demikian pula Google Chrome dengan ekstensi SingleFile. Baik MAF atau SingleFile juga bisa dipasang pada peramban turunan masing-masing, misalnya Waterfox, Cyberfox, atau Chromium, juga Opera.
   Namun kini ada alternatif tambahan untuk peramban berbasis Chromium, kita ternyata bisa mengaktifkan fitur ini dengan meng-copy-paste baris berikut pada lajur alamat peramban kita,
chrome://flags/#save-page-as-mhtml
lalu klik Enable hingga menjadi Disable,
Mengaktifkan Fitur Simpan Berkas dalam Format MHTML pada Google Chrome
terakhir jalankan-ulang peramban, dan fitur ini pun bisa kita gunakan saat menggunakan perintah Save as....

   Dibandingkan MAF/Firefox, ukuran berkas MHT simpanan Google Chrome lebih besar 25%. Ini kira-kira sama seperti hasil simpanan dengan ekstensi SingleFile.
   Jadi, kalau Anda masih memiliki Firefox, akan lebih baik tetap menggunakan MAF karena lebih hemat ruang.
   Meski demikian, hasil simpanan MAF tidak selalu bisa dibuka oleh peramban lain seperti misalnya IE. Namun bisa dibuka peramban berbasis Chromium.[]

Sumber: "Enable save as MHTML option in Google Chrome," Winaero.

Booting to the Web: Internet sebagai Sistem Operasi dalam Visi Mozilla

Booting to the Web: Internet sebagai Sistem Operasi dalam Visi Mozilla
Ada sebuah visi yang tersembunyi di balik sebuah berita tentang eksprimen untuk membangun-ulang seluruh antarmuka/user interface peramban Firefox sepenuhnya dengan teknologi HTML. Inilah yang bisa kita ungkap dari sebuah surel terbuka berjudul Firefox.html: rebuilding Firefox UI in HTML yang dirilis Paul Rouget, seorang programawan di Mozilla (paul at mozilla.com),
We are working hard on making HTML fast and rich enough to build
a whole operating system (Firefox OS) and a browser (Firefox OS' browser).
With a UI in HTML leveraging the Browser API, we could drop XUL and close
the gap between B2G and Firefox Desktop.
(Kami tengah bekerja keras menjadikan HTML cepat dan cukup kaya untuk membangun sistem operasi penuh [Firefox OS] dan peramban [peramban Firefox OS]. Dengan antarmuka/UI dalam HTML memanfaatkan Browser API [perpustakaan fungsi], kita bisa menyingkirkan XUL [XML User Interface Language] dan menipiskan jarak antara B2G [Boot to Gecko/Firefox OS] dan Firefox versi desktop.)
   XUL sebenarnya berbasis XML—superset alias format yang lebih generik dibandingkan HTML. Namun popularitas "3 serangkai" HTML-CSS-JS/JavaScript nampaknya membuat HTML menjadi lebih praktis untuk dikembangkan menjadi tulang punggung sistem operasi berbasis awan, alias Internet sebagai sistem operasi.
Booting to the Web: Internet sebagai Sistem Operasi dalam Visi Mozilla
   Saat ini, Mozilla sudah mengembangkan cikal bakal sistem operasi ini sebagai Firefox OS, yang dikembangkan sebagai proyek Boot to Gecko/B2G. Namun membaca "manifesto" proyek Boot to Gecko berikut, kita melihat visi Mozilla untuk menjadikan Firefox OS sebagai semacam "Internet OS" bagi setidaknya peranti tablet/nomadik—dan saat ini Firefox OS memang sudah dirilis untuk peranti nomadik atau ponpin/ponsel-pintar,
B2G is definitely not designed to be another platform. It's a project to extend what developers can do with the Web, especially in the context of mobile devices, and to do so in a way that leads to interoperable standards. Just as with HTML5, ES5, CSS3 and other Web technology it will reach different browsers and operating systems at different times, but the pace of Web platform development gives us confidence that good Web technology can reach a lot of people pretty quickly. We don't want B2G to lead to applications that only run atop B2G, or only run in Firefox. That's an important difference between what we're doing and proprietary mobile stacks today: we don't want a competitive advantage for Mozilla, we want a competitive advantage for the Web. (B2G/FAQ)
(B2G jelas tidak dirancang untuk menjadi platform/sistem operasi baru. Ini proyek untuk memperluas apa yang sudah bisa dilakukan pengembang dengan Web, khususnya dalam kaitan dengan peranti nomadik, dan seiring dengan itu mengarah ke standar yang terbuka. Sebagaimana dengan HTML5, ES5 [ECMAScript 5/standar Javascript], CSS3 dan teknologi Web lainnya ia akan menjangkau beragam peramban dan sistem operasi... Kami tak mau B2G mengarah ke aplikasi yang hanya berjalan di atas B2G, atau hanya pada Firefox. Ini perbedaan penting antara apa yang kami lakukan dengan struktur nomadik tertutup saat ini: kami tak menginginkan keunggulan kompetitif bagi Mozilla, kami menginginkan keunggulan kompetitif bagi Web [Internet]).
   Meski Mozilla tak mengakui dengan tegas "gesekan" yang jelas antara visinya ini dengan para pembesar teknologi informasi saat ini seperti Google (Android/ChromeOS), Apple (iOS), juga Microsoft ("Windows Cloud"), tapi bila visi ini berhasil diwujudkan, maka konsumen jelas akan menjadi pihak yang paling diuntungkan.
Booting to the Web: Internet sebagai Sistem Operasi dalam Visi Mozilla
Booting to the Web: Internet sebagai Sistem Operasi dalam Visi Mozilla
   Keberadaan "InternetOS" ini, akan membuat akses ke informasi menjadi lebih murah, dibandingkan bila harus melewati sistem operasi seperti iOS, Windows, atau ChromeOS. B2G atau "Boot2Web" juga akan memastikan bahwa standar seperti HTML/CSS/JS akan tetap bertahan dan tak bisa didominasi suatu kepentingan bisnis yang akan lebih mementingkan kebutuhan komersialnya daripada kebutuhan konsumen.
   Tahap yang harus dilalui diakui akan memakan waktu bertahun-tahun. Tapi langkah pertama tetap harus segera dimulai sekarang. Selamat berjuang Mozilla, semoga impian kita tentang Internet yang lebih terbuka dan terjangkau (murah) tak hanya menjadi kenyataan, tapi suatu keniscayaan alamiah.[]

Rabu, 31 Desember 2014

Apakah "Internet of Things" (IoT) itu?

Salah satu hukum besi produk digital ialah Hukum Moore yang secara praktis berarti pada tiap siklus dengan periode tertentu, kualitas produk digital akan meningkat, seiring dengan kuantitas produksi yang juga meningkat hingga menurunkan harganya.
   Kita bisa melihat sendiri betapa ponpin alias ponsel-pintar (smartphone) makin hari spesifikasinya makin tinggi, tapi harganya semakin turun. Kita bisa baca di Internet misalnya hari ini—Rabu, 31 Des 2014...ya, hari terakhir tahun ini—konsumen Inggris sudah bisa menikmati tablet Windows 8.1 ukuran 7" seharga £49 (sekitar Rp1 juta).
Apakah Internet of Things (IoT) itu
   Jika kita gunakan "kurs burger" untuk paket "Big Mac" £4.59 di Inggris, dan di Indonesia Rp27.500; maka harga itu senilai kira-kira 10 Big Mac buat orang Inggris. Jadi, untuk mengetahui kira-kira perasaan orang Inggris saat membeli tablet itu adalah kira-kira bagaikan orang Indonesia yang bisa membelinya dengan harga 10 "Bic Mac" * Rp27.500, yakni Rp300-ribuan!
   Murah banget!

   Ya, semakin murah dan akan makin murah saja dalam bulan-bulan ke depan. Inilah yang membuat semua pelaku bidang teknologi informasi bahwa suatu saat—dalam waktu yang tidak terlalu jauh—peranti digital sensor yang cerdas akan menjadi demikian murah. Demikian murahnya sehingga orang akan membeli dan menggunakannya bagaikan membeli penjepit jemuran.
   Pak Tani modern akan bisa melengkapi setiap tanaman tembakaunya dengan sebuah sensor. Tiap sensor akan mengirimkan data suhu, kelembaban, dan seterusnya, yang akan memudahkan Pak Tani untuk memantau mana bagian lahannya yang paling pesat pertumbuhannya dan mana yang kurang. Ia dapat mengatur alokasi pupuk, misalnya, dengan data itu.
   Pak Dagang modern bisa melengkapi setiap gerobak angkut sayurnya dengan sensor sehingga ia bisa mengubah jalur pengiriman begitu melihat pasar mana yang mulai kekurangan suatu jenis sayuran tertentu.
Apakah Internet of Things (IoT) itu?    Potensi aplikasi sensor-cerdas ini demikian kaya dan imajinatif. Setiap sensor ini akan memiliki alamat IP (IP address) sendiri, dan mengumpankan datanya langsung ke Internet—ini sebabnya IP versi 6 yang memiliki jauh lebih banyak slot akan sangat esensial.
   Bila saat ini pemasok data terbanyak ke Internet adalah pengguna yang umumnya manusia, suatu saat nanti akan lebih banyak "pengguna" Internet yang berwujud sensor-sensor ini—juga peranti-peranti digital lainnya yang belum diproduksi saat ini.
   Saat semua benda-benda di sekitar kita, apakah itu hewan, tanaman, mobil, kulkas, perabot rumah tangga hingga penggorengan memiliki sensor yang mengumpankan data ke Internet, maka inilah yang diprediksi sebagai sesuatu yang disebut Internet dari benda-benda (Internet of Things yakni "jaringan antar benda-benda").
Apakah Internet of Things (IoT) itu
   Bila dulu inter-net hanyalah suatu jaringan yang menghubungkan dengan jaringan yang lain, maka dalam waktu tak lama lagi ia akan menjadi penghubung antara segala benda di alam semesta ini. Ya, tak hanya yang ada di Bumi, bisa saja mobil jelajah (rover) di bulan atau Mars mengirimkan data lewat Internet juga!
   Nah, jadi apa itu IoT? Ia tak lain adalah masa di mana pengguna Internet terbanyak bukan lagi manusia, tapi semua makhluk selainnya!
   ...Mungkin nama yang lebih tepat IoC, ya? Internet of creatures? Ah, tapi istilah yang terakhir mungkin terlalu menyeramkan, ya?[]

Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah

Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah
Bagi Anda yang pernah mengalami menjadi mahasiswa dan diharuskan menulis tugas akhir/thesis, maka mungkin pernah merasakan manfaat dari ulasan-mitra (peer review) yang disimulasikan dilakukan oleh satu atau beberapa dosen pembimbing.
   Kita harus memilih topik yang belum dibuat "peneliti" atau mahasiswa lain. Kalaupun topiknya sama, maka studi kasusnya harus berbeda. Demikian dan seterusnya.

   Mekanisme ulasan-mitra ini sangat bermanfaat dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Namun dalam prakteknya, seringkali terhambat oleh budaya semacam "ewuh-pakewuh" yang juga menjangkiti lingkaran ilmuwan Barat.
   Suatu proposal penelitian yang diajukan peneliti senior dan masyhur akan lebih sulit untuk dikritik oleh, katakanlah, sarjana yang baru lulus—meski isi kritik mungkin absah dan masuk akal.
   Inilah gejala penghambat kemajuan yang hendak dipungkas oleh sekelompok ilmuwan yang berinisiatif mendirikan komunitas ulasan-mitra online dan bersifat anonim bernama PubPeer.

   Komunitas ini tidak sembarangan. Ada sekian banyak proposal penelitian atau karya ilmiah yang akhirnya dimentahkan berkat ulasan yang sangat objektif dan anonim. Ini menghemat biaya penelitian terhambur-hamburkan untuk penelitian yang salah arah atau berpremis salah.
Ulasan Mitra (Peer-Review) ala Komunitas Lepas Lokan (Open Source) untuk Riset Ilmiah
   Keanggotaan komunitas ini juga sangat eksklusif, yakni hanya mereka-mereka yang pernah mempublikasikan penelitiannya pada jurnal ilmiah. Alhasil, ulasan-mitranya benar-benar tanpa tedeng aling-aling, alias blak-blakan, tapi tetap dalam nuansa kepala dingin budaya akademis.

   Namun ada saja ancaman bagi kebebasan ilmiah ini dengan alasan misalnya penistaan nama baik, karena proposal penelitiannya dikritik ("dihina") dalam komunitas ini. Ini misalnya terjadi pada ilmuwan kanker ternama yang merasa makalah penelitiannya dikritik di PubPeer.
   Ia menganggap kritik atau ulasan-mitra yang dilakukan di komunitas PubPeer sebagai penistaan (defamation) dan karena kedudukan serta kekuatan dana yang ia miliki berniat menuntut PubPeer lewat pengadilan untuk membuka semua identitas pengkritiknya itu.
  Untunglah amandemen pertama—yakni jaminan kebebasan berpendapat—konstitusi AS berada di pihak PubPeer.
 
   Hal yang menarik dari PubPeer adalah bagaimana mekanisme komunitas lepas lokan/open source, yang biasanya digunakan untuk membangun suatu proyek peranti lunak, kini sudah meluas penggunaannya ke kalangan ilmiah.
   Ini perkembangan menarik yang bukan tak mungkin akan meluas ke bidang-bidang lain. Meski produk digital yang berupa ekspresi pribadi, seperti misalnya puisi, lagu, atau dokumen kesaksian pengadilan; tetap tak akan cocok untuk mekanisme ala komunitas lokan; tapi masih banyak bidang yang sebenarnya bagus bila mau memanfaatkan mekanisme ini.[]

NB. Kami pernah mengulas rinci mekanisme komunitas lepas lokan/open source ini untuk penerapan di lingkungan bisnis/organisasi dalam buku Belajar Manajemen dari Perusahaan Peranti Lunak Nirlisensi (2006, Ekuator/Mizan, Jakarta). Buku ini sudah habis dari peredaran dan mungkin harus dipesan dari penerbitnya langsung.

Sumber: Scientific Peer Review Is Broken. We’re Fighting to Fix It With Anonymity by THE FOUNDERS OF PUBPEER, wired.com, 12.10.14.

Selasa, 30 Desember 2014

Cara Menambah Ruang Simpan pada PlayStation 4, Xbox One, atau Wii U

Cara Menambah Ruang Simpan pada PlayStation 4, Xbox One, atau Wii U Ada banyak alasan untuk menambah ruang simpan peranti permainan/video console yang Anda miliki. Untungnya, semua caranya sudah tersedia.

Playstation 4

PlayStation 4 memiliki ruang simpan 500 GB, tapi peranti ini tak bisa dihubungkan ke ruang simpan eksternal lewat kabel USB.
   Cara menambah kapasitas adalah dengan meng-upgrade ruang simpannya ke ukuran hingga terabytes/TB dengan HDD SATA 2.5" (standar laptop). Sony memberikan instruksi resmi untuk melakukan ini.
   Cukup gunakan HDD, karena SSD hanya memberikan sedikit perbedaan kecepatan menurut forum tom'sHARDWARE.

Xbox One

Xbox One juga menyertakan ruang simpan standar 500GB, tapi mendukung penambahan hingga 2 ruang simpan eksternal berbasis USB 3 dengan kapasitas harus di atas 256GB.
   Xbox One tak akan mau menginstalasikan permainan pada penggunaan kapasitas di bawah 256GB atau USB 2; meski tetap bisa memainkan lagu atau filem pada HDD ini.
   Oh ya, XBox One Anda harus sudah dikinikan dengan kinian yang dirilis 3 Juni 2014 lalu.

Wii U

Wii U hanya dilengkapi 8 atau 32GB ruang simpan baku, namun bisa diperluas dengan 3 HDD dengan maksimum ukuran masing-masing 2TB.
   Koneksi bisa via USB 2 atau 3, dan sebaiknya jangan SSD. Tambahan lain: sebaiknya ruang simpan eksternal memiliki sumber catu daya sendiri.

Peranti Video Game Console Lama

PlayStation 3 bisa di-upgrade seperti PlayStation 4.
   Xbox 360 bisa menggunakan USB flash disk hanya hingga ukuran 32GB.
   Wii lama bisa di-upgrade dengan sebuah SD card hingga 32GB. Ini juga bisa dilakukan pada Wii U untuk permainan baku Wii yang dijalankan pada "Wii mode."

SumberHow to Add More Storage to Your PlayStation 4, Xbox One, or Wii U, HowToGeek.com.[]

MozJPEG: Akhirnya, Solusi Lepas Lokan/Open Source untuk Format Grafik JPEG

 MozJPEG, Solusi Lepas Lokan/Open Source untuk Format Grafik JPEG Meski format lepas lokan/open source PNG sudah bisa menggantikan format komersial GIF, tapi hingga saat ini kita masih belum memiliki alternatif lepas lokan untuk format JPEG.
   Untunglah, kini telah hadir MozJPEG — a modernized JPEG encoder versi 3.0 dengan tingkat kompresi yang sudah layak untuk menggantikan JPG/JPEG versi komersial.
   Bagi yang awam, format PNG sangat cocok untuk mengompresi (mengecilkan ukuran) berkas grafik dengan warna-warna datar/flat. Sementara JPEG sangat cocok untuk mengompresi berkas grafik/foto dengan warna-warna bergradasi/kaya warna.
   Hasil kompresinya lebih mulus dibandingkan JPEG biasa, misalnya untuk gambar teks berikut,
 MozJPEG, Solusi Lepas Lokan/Open Source untuk Format Grafik JPEG    Sementara ini, belum ada peranti kompresi MozJPEG untuk Windows yang bisa digunakan offline, tapi sudah ada versi online di alamat https://imageoptim.com/mozjpeg,
 MozJPEG, Solusi Lepas Lokan/Open Source untuk Format Grafik JPEG    Saya sendiri belum mencoba membandingkan sebesar apa kemampuan kompresi MozJPEG dibandingkan misalnya peranti berbasis JPEG komersial seperti RIOT (he-he..., saya menunggu versi portabelnya saja...), tapi ini jelas berita bagus bagi pengguna aplikasi gratis terutama dari komunitas lepas lokan/open source maupun freeware.

   Alternatif baru lain adalah format BPG/Better Portable Graphics yang bisa mengompresi lebih kecil dibandingkan JPEG, tapi memang dukungan peramban masih belum seluas JPEG. Namun BPG sudah bisa dinikmati versi offline-nya pada tautan di atas.

Sumber: MozJPEG 3.0, Kornel LesiƄski, http://calendar.perfplanet.com/2014/mozjpeg-3-0/[]

Sang Komputer: Arsitektur Komputer Masa depan dari HP Labs

Sang Komputer: Arsitektur Komputer Masa depan dari HP Labs Arsitektur komputer saat ini masih memiliki overhead transmisi data antar subsistem penyusunnya. Ada transmisi antar prosesor dan memori, lalu dengan ruang simpan/hard disk, belum dengan aksesori-aksesori yang ditambahkan ke dalam arsitektur seperti misalnya kartu grafik/GPU.
   Laboratorium HP baru-baru ini mengumumkan terobosan baru dalam rancang-bangun arsitektur komputer. Selama ini, ruang simpan selalu terbagi dua:
1. RAM/memori yang lebih cepat dibandingkan HDD/hard disk drive, meski kecepatannya masih belum secepat prosesor, tapi bisa mengimbangi prosesor hingga lebih efisien dibandingkan HDD untuk melayani operasional komputer,
2. HDD/ruang simpan tetap yang berkapasitas lebih besar daripada RAM tapi berkecepatan lebih lambat sehingga hanya dimanfaatkan sistem operasi untuk menyimpan sebagian data di RAM yang sedang tak digunakan pada page cache alias memori virtual.
Sang Komputer: Arsitektur Komputer Masa depan dari HP Labs    Nah, komputer yang disebut The Machine (bisa disadurkan bebas menjadi Sang Komputer) ingin menghapus perbedaan dua jenis ruang simpan ini. Dengan demikian arsitektur ini dapat mengurangi overhead transmisi antara
~ prosesor-RAM-HDD
menjadi lebih sederhana:
~ prosesor-ruang simpan.
   Inti terobosan ini terletak pada teknologi HP Memristor yang menyatukan kedua jenis ruang simpan tadi,
Sang Komputer: Arsitektur Komputer Masa depan dari HP Labs    Saat ini ruang simpan SSD/Solid State Drive sudah jauh lebih cepat dibandingkan HDD, tapi sayang belum menyamai kecepatan RAM, seperti terlihat pada kutipan dari diskusi di tom'sHARDWARE tahun 2013 berikut,
No, not even close. DDR3-1600 RAM has bandwidth of 12.8GB/s, while SATA3 SSDS max out at ~550MB/s, making them at least 25x slower. Faster (and more expensive) PCIe SSDs are able to get to 1.2GB/s, which is still over 10x slower then RAM.
(Tidak, masih jauh. DDR3-1600 RAM memiliki kecepatan 12.8GB/s, sementara SATA3 SSDS maksimum pada sekitar ~550MB/s, jadi setidaknya 25x lebih lambat. PCIe SSDs yang lebih cepat namun mahal bisa mencapai 1.2GB/s tapi masih lebih lambat 10x daripada RAM.)
   Tentu saja, kondisi paling ideal adalah manakala kecepatan ruang simpan bisa menyamai prosesor, tapi ini mungkin butuh rancang-ulang total pada model sistem komputer—atau lebih jelasnya, bentuk komputernya akan jauh berbeda daripada yang kita kenal saat ini.

Sumber: The Machine: A new kind of computer; HP Labs; Jun 11, 2014.[]

 

© 2011-2014 Open Your Windows! | All rights reserved | Designed by Templateism | Open Your Windows, Indonesia! RSS Feeds